-
Published: 22 October 2020
-
Last Updated: 22 October 2020
Cibinong, Humas LIPI. Siapa yang tak kenal cacing tanah. Bagi sebagian orang, cacing tanah mungkin dianggap sebagai makhluk kecil yang menjijikkan. Tapi jangan salah. Meskipun kecil dan menjijikkan, makhluk ini memiliki beragam manfaat.
Cacing menjadi faktor penting dalam menjaga ketahanan pangan karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan. Selain itu, saat ini cacing telah banyak dimanfaatkan untuk pakan ternak dan salah satu bahan baku untuk industri farmasi.
Hari Nugroho, Peneliti Zoologi pada Pusat Penelitian Biologi LIPI mengungkapkan cacing tanah merupakan organisme tanah yang berperan penting dalam penguraian materi organik, siklus unsur hara tanah, dan perkembangan struktur tanah terutama pada ekosistem produktif. “Cacing tanah menyumbangkan 80% dari total biomasa invertebrata tanah, sehingga organisme ini merupakan salah satu hewan tanah yang terpenting dalam ekosistem”, ujar Hari.
Berbentuk menyerupai tabung, tubuh terdiri dari segmen-segmen, dan seringkali berwarna merah keunguan, cacing tanah berpengaruh sangat besar terhadap kondisi fisika maupun kimia tanah. Aktivitas menggali liang yang dilakukan oleh cacing tanah sangat mempengaruhi soil turn over atau pembalikan tanah. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan aerasi dan porositas tanah.
Selain itu, cacing juga sangat berperan dalam siklus unsur hara. “Materi organik yang dimakan, dicerna dan dikeluarkan dalam bentuk kotoran/cascing oleh cacing akan menjadi pupuk alami yang kaya akan unsur nitrogen, fosfor dan kalsium. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa cacing tanah sangat berperan besar dalam meningkatkan kesuburan tanah,” jelas Hari.
Saat ini penelitian berkelanjutan tentang cacing tanah telah banyak dilakukan, khususnya di India. Tetapi di Indonesia, penelitian tentang cacing tanah masih sangat sedikit dilakukan, baik yang berupa penelitian dasar maupun penelitian terapan. “Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, peneliti cacing tanah di Indonesia mungkin hanya berkisar belasan orang saja” imbuhnya
Dirinya menjelaskan saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 300 spesies cacing tanah di Indonesia, namun jumlah tersebut masih mungkin untuk bertambah jika penelitian cacing tanah di Indonesia semakin meningkat. Salah satu koleksi spesimen cacing tanah yang tersimpan di Musem Zoologi Bogor adalah cacing tanah asal Papua, Amynthas heurni. Cacing ini dikoleksi pada tahun 1920 oleh Peneliti Belanda yang menjadi cacing tanah terbesar dan terpanjang yang telah ditemukan hingga saat ini. Diameternya sekitar 3 cm dan panjang mencapai 1-2 m.
Adanya respon jijik sebagian orang, membuat sikap abai terhadap salah satu organisme tanah ini. Acaman kepunahan akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida di bidang pertanian dan perkebunan yang masif terus menerus merusak ekosistem. Padahal, tanpa cacing tanah, tanah akan menjadi kurang subur dan gersang. Saatnya kita mulai menjaga keberadaanya, dengan mengurangi penggunaan pupuk kimiawi. Alternatif lain, budidaya cacing tanah patut dicoba, karena kini cacing tanah banyak diburu. (sa ed Sl/HN)